Sampah dan Pemanasan Global
Sebelumnya di Bandung juga, sampah sampai menelan korban jiwa. Ketika gunugan sampah di Tempat Pembuangan Akhir sampah di Leuwigajah longsor pada 21 Februari 2005. Saat itu, 32 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya tertimbun oleh sampah yang ada disana. Sampah sudah menjadi masalah nasional. Bank Dunia mencatat produksi sampah perkotaan Indonesia mencapai 10 juta ton per tahun. Per tahunnya timbunan itu semakin membesar, dan mirisnya pertumbuhan itu tidak diimbangi dengan sarana teknis pengelolaan sampah sehingga banyak sampah tidak terurus. Keterbatasan pengelolaan sampah diperburuk dengan cara pandang masyarakat sebagian besar bahwa sampah dan limbah rumah tangga atau limbah industru sudah tidak bermanfaat lagi.
Setiap rumah tangga membuang berbagai macam sampah. Berdasarkan sifatnya, sampah dibedakan menjadi sampah “basah” dan sampah “kering”. Sampah basah atau organik pada umumnya berasal dari makhluk hidup seperti daun-daunnan, sayuran, buah, serta sampah dari bekas makanan. Sampah organik dapat terurai oleh mikroorganisme, namun dalam prosesnya menghasilkan bau yang tidak sedap dan gas rumah kaca seperti metana. Sedangkan sampah kering mencakup sampah plastik, karet, kertas, gelas, dan masih banyak lagi contoh sampah anorganiknya lainnya. Sebagian sampah kering masih mempunyai nilai jual, misalnya botol, besi, kertas,dan kaleng. Terdapat pula sampah yang berbentuk limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, contohnya seperti baterai bekas, botol obat nyamuk, sisa bahan kimia, parfum, tinta,dll. Tanpa ada sistem pembuangan yang benar, sisa racun akan rawanmeresap ek dalam tanah dan mencemari air, tanah ataupun tanaman.
Terlalu banyak sampah yang dihasilkan dan kurang bijaknya pengelolaan sampah dapat menimbulkan bencana bagi manusia dan lingkungan. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia, Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) memperkirkan sampah yang dihasilkan per hari akan mencapai sekitar 190 ton per tahun pada tahun 2020. Metana dan karbondioksida termasuk gas rumah kaca penyebab pemanasan global dan perubahan iklim. Melihat dengan begitu besarnya dampak metana bagi pemanasan global, tidak heran jika para pakar meyakini upaya pengelolaan sampah yang tepat akan berperan besar dalam penanganan pemanasan global.
Betapapun kreatifnya kita mengelola sampah, pembatasan jumlah sampah tetap akan menjadi kuncinya. Mengurangi sampah berarti memperlambat berkurangnya sumber daya dan memperlambat laju kerusakan alam. Penghematan sumber daya juga akan memberikan waktu bagi alam untuk pulih dan seimbang kembali setelah terkikis demi menopang kelangsungan hidup kita sehari-hari. Dan sebaiknya berpikirlah sejenak sebelum kita membuang sesuatu.
Disini ada beberapa tips bagaimana cara mengurangi sampah dan tips bagaimana cara mendaur ulang sampah.
TIPS MENGURANGI SAMPAH
- Pilih produk-produk yang berukuran besar dan yang dapat di isi ulang, karena selain lebig ekonomis, juga bisa mengurangi sampah kemasan.
- Bawa tas kain sendiri pada saat berbelanja berguna untuk mengurangi penggunaan tas plastik.
- Jangan membakar sampah. Karena dengan membakarnya justru akan melepas karbon dioksida dan zat-zat berbahaya (apalagi jika yang di bakar seperti sampah plastik, elektronik, atau ban).
- Hindari penggunaan produk dalam kemasan sachet.
TIPS MENDAUR ULANG SAMPAH
- Pergunakan sedapat mungkin barang bekas secara kreatif. Kotak, kaleng dan botol bekas misalnya, dapat dipergunakan sebagai wadah penyimpanan.
- Pisahkan antara sampah kering dan sampah basah. Dan berikan sampah daur ulang kepada pemulung, dan di tangan pemulung dan pendaur ulang sampah kembali mempunyai nilai ekonomis sebagai bahan mentah produk baru dan tidak hanya sedekar teronggok memenuhi TPA.
- Jika mengganti barang elektronik dengan yang baru, maka barang elektronik yang lama jangan dibuang begitu saja. Pertimbangkan untuk menjualnya ke pasar loak atau kepada para pendaur ulang, agar masih bisa untuk dimanfaatkan kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar